Perilaku mencerminkan siapa sebenarnya kita

Baru beberapa hari yang lalu saya membaca tulisan salah satu teman di blognya tentang mobilnya yang ditabrak sepeda motor yang meleng.

Malam ini saya mengalami kejadian hampir serupa.
Pulang dari kantor dengan kondisi hujan deras dan macet.
Ketika di traffic light menunggu lampu hijau, mobil di depan saya mundur, driver kantor saya langsung membunyikan klakson beberapa kali, tapi mobil tersebut tetap mundur hingga menabrak mobil saya.
Driver saya langsung turun memeriksa mobil dan pada saat ybs turun, mobil depan saya kembali mundur dan kembali menabrak mobil saya.
Driver saya langsung mengejar mobil tersebut, mengetuk jendela bahkan membuka pintu pengemudi karena mobil tersebut tidak berhenti (saat itu sudah lampu hijau), tetapi mobil tersebut malah tancap gas meninggalkan kami.

Lampu depan, bemper dan plat mobil saya rusak.
Saat itu karena macet, saya tidak bisa mengejar mobil tersebut, tetapi plat mobilnya sudah saya ingat.
Ndilalah, pada saat kami mengarah pulang, kami melihat mobil tersebut mau masuk ke sebuah rumah.
Rumah tersebut ada di jalan raya dan termasuk perumahan elit di Surabaya.

Pada saat itu, kami berhenti di rumah tersebut.
Driver kantor saya kemudian turun dari mobil dan masuk ke rumah tersebut.
Sebenarnya saya juga mau turun, tetapi karena hujan deras, driver saya mengatakan dia saja yang turun.
Saya melihat driver saya kembali mengetuk jendela mobil tersebut dan tetap tidak dibukakan hingga beberapa saat.
Selanjutnya gerbang rumah tersebut ditutup oleh penjaganya.
Setelah cukup lama, driver saya kembali ke mobil.
Ketika saya tanyakan bagaimana pertanggungjawaban mobil yang menabrak kami tersebut, jawabannya sangat mengagetkan.
Driver saya mengatakan bahwa ibu yang menyetir tersebut tidak mengakui perbuatannya, bahkan mengatakan kamilah yang menabrak dan malah memarahi driver saya.

Ibu itu mungkin berfikir hanya ada driver saya di mobil, dia tidak tahu bahwa ada saya di dalam mobil yang dengan jelas menyaksikan apa yang terjadi dan sudah mengambil foto kejadian tersebut.
Saya sangat marah dengan perilaku ibu tersebut karena saya tidak habis pikir bagaimana mungkin dia berperilaku seperti itu, apakah karena dia orang kaya dan yang dia hadapi “hanya” seorang driver, sehingga dia bisa semena-mena?

Saya langsung menelpon Suara Surabaya, radio yang menjadi media komunikasi masyarakat Surabaya dan menceritakan kejadian yang baru saja saya alami.
Sebenarnya, bukan ganti rugi yang saya cari, karena asuransi mobil bisa mengganti kerusakan tersebut, dan saya masih bisa membayar biaya administrasi klaim asuransi tersebut.

Saya hanya marah atas perilaku ibu tersebut terhadap driver saya khususnya. Di tengah hujan deras, driver saya mengejar mobil tersebut, mengetuk jendela dan kemudian hingga di rumah ibu tersebut tidak dibukakan, bahkan malah dimarahi ibu tersebut.

Saya marah karena ibu tersebut tidak bertanggung jawab dan tidak mempunyai itikad baik.

Dengan saya on air di radio melaporkan kejadian yang saya alami, sebenarnya saya hanya berharap ibu tersebut mendengar, atau keluarganya, atau koleganya dan (seharusnya) dia menyadari perbuatannya yang salah.

Benar apa yang dikatakan teman saya tersebut di akhir tulisannya bahwa
kadangkala yang kita butuhkan hanya permintaan maaf,
Kita memang tidak pernah tahu apa yang akan terjadi,
Tetapi kita bisa melakukan hal yang baik dan berusaha tidak merugikan orang lain.

Walaupun saya berusaha untuk tidak mengutuk atau mendoakan yang tidak baik untuk ibu tersebut, tetap saja saya tidak mampu untuk tidak mengatakan ke driver saya “ya sudah pak, ndak papa ibu tadi seperti itu, nanti pasti dia akan menerima balasan atas perbuatannya” 😄

Leave a comment